Tempat penemuan |
: |
Tidak diketahui dengan pasti, hanya disebutkan dari Kerinci. |
Tempat penyimpanan |
: |
Museum Nasional, Jakarta (Inv. No. 6042) |
Bahan |
: |
Perunggu |
Ukuran |
: |
Tinggi 16 Cm |
Keadaan |
: |
Rusak dengan kaki kiri telah hilang. |
Sumber Foto |
: |
– |
Sikap arca digambarkan berdiri. Tangannya berjumlah dua, sebelah kanan dalam sikap waramudrā dan sebelah kiri memegang lotus. Rambut ditata dalam bentuk menyerupai mahkota dan ikal-ikal rambut terlihat menjurai di bahu kanan serta kiri. Arca ini mengenakan jamang yang tampak di bagian dasar mahkota. Pakaiannya berupa kain tipis, panjang hingga pergelangan kaki. Pakaian tersebut hanya menutupi badan bagian bawah, sementara bagian atas dibiarkan terbuka. Sebagai pengikat kain dipakai ikat pinggang berupa untaian manik-manik berhias bunga dan sebuah sampur dengan yang tampak di bagian perut. Tali kastanya berupa pita dengan ukuran agak lebar. Perhiasan yang dipakai, yaitu kalung dan sepasang gelang lengan berhias bunga.
Penggambaran gaya tatanan rambut arca Padmapāṇi ini berbeda dengan gaya tatanan rambut arca-arca perunggu Padmapāṇi yang berasal dari Jawa.[1] Menurut Nik Hassan Shuhaimi dilihat dari penggambaran ikat pinggang yang dikenakan arca Padmapāṇi yang dijumpai di Kerinci tampak adanya kemiripan dengan penggambaran ikat pinggang pada arca-arca yang berasal dari Candi Sari, Jawa Tengah.[2] Dikatakan pula bahwa gaya tatanan rambut Padmapāṇi dari Kerinci mirip seperti gaya tatanan rambut arca-arca Awalokiteśwara yang memakai kulit harimau. Sementara Suleiman mengatakan bahwa arca Padmapāṇi dari Kerinci tampil dalam gaya seperti arca Padmapāṇi di Thailand. [3] Bila diperhatikan pada penggambaran gaya pakaian arca Padmapāṇi dari Kerinci tampak bahwa ada pengaruh dari gaya seni dari masa Śailendra. Diduga arca tersebut berasal dari abad ke-8-9 Masehi.
Awalokiteśwara
Tempat penemuan |
: |
Tidak diketahui dengan pasti, hanya disebutkan dari Kerinci. |
Tempat penyimpanan |
: |
Museum Nasional No. Inv. 833 (?) |
Bahan |
: |
Perunggu |
Ukuran |
: |
Tinggi 24,5 Cm |
Keadaan |
: |
Rusak pada tangan kanan dan kiri mulai dari siku telah hilang. |
Sumber Foto |
: |
Nik Hassan Shuhaimi |
Digambarkan berdiri di atas lapik padma dengan kaki lurus sejajar (samabhayoga). Memakai tali kasta yang disampirkan dari pundak sebelah kiri ke bagian atas pinggul kanan, dan memakai perhiasan kalung. Pada telinganya tidak terdapat perhiasan anting. Mahkotanya berupa pilinan rambut (jatamakuta) yang agak tinggi. Di bagian depan mahkota terdapat relung yang berisi figurin Amitābha.
Memakai kain panjang (dhotī) hingga ke bagian atas mata kaki. Kain panjang ini diikat dengan tali. Di bagian tengah di antara kedua kaki, kain panjang ini berwiru. Gaya memakai kain panjang ini biasa ditemukan pada arca-arca dari Situlpavuva yang berkembang pada sekitar abad ke-7 Masehi.
[1] Fontein, J., R. Soekmono, Satyawati Suleiman, 1971, Ancient Indonesian Art of the Central and Eastern Javanese Period, New York: The Asia Society Inc., hlm. 149.
[2] Nik Hassan Shuhaimi, 1982, “Arca Buddha dari Lembah Bujang serta hubungannya dengan Style Arca Semenanjung Tanah Melayu dan Sumatera di antara abad ke-9 dan 14”, dalam Pertemuan Ilmiah Arkeologi II, Jakarta: Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, hlm. 166-167
[3] Suleiman, Satyawati, 1981, Sculptures of Ancient Sumatera. Jakarta: Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, hlm. 44; Diskul, M.C. Subhadradis, 1972, Art in Thailand: A brief history, hlm. 12; Diskul, M.C. Subhadradis, 1980, The Art of Śrīvijaya, Kuala Lumpur: Oxford University Press & UNESCO, hlm, 1 dan 23